-->
STATISTIKA DESKRIPTIF
1. RANGE (WILAYAH)
Statistika
yang berhubungan dengan ukuran keragaman dari segugus data atau lebih adalah
wilayah (range) dan ragam (varian). Wilayah dari segugus data merupakan selisih
antara nilai amatan terbesar dengan amatan terkecil. Namun demikian wilayah
bukanlah merupakan ukuran keragaman yang baik, terutama bila ukuran contoh yang
digunakan atau populasi yang ada cukup besar.
Wilayah dari
segugus data hanya memperlihatkan kedua nilai ekstrim yaitu amatan terbesar dan
amatan terkecil, tidak memberikan informasi apa-apa mengenai sebaran data yang
letaknya diantara kedua nilai ekstrim tersebut. Namun demikian walayah tetap
juga digunakan sehubungan dengan informasi yang diinginkan oleh penyaji data.
Wilayah
banyak digunakan dikalangan industri, khususnya dalam meproduksi suatu barang
tertentu, dengan menentukan wilayah bagi produksinya, berarti hasil produksinya
tetap berada diantara kedua nilai ekstrim tersebut dalam produksinya konsisten
dengan informasi yang diberikan.
Jika
diberikan segugus data 3 4 5 7 7 8 10 15 15, wilayah dari gugus data tersebut
adalah 12, nilai terbesar 15 sedangkan nilai terkecil 3, berarti wilayahnya
sama dengan 15 - 3 = 12.
Untuk mengatasi kekurangan yang
dimiliki wilayah, maka ada ukuran keragaman lain yang sering digunakan yaitu
ragam (varian), yang memperlihatkan posisi relatif dari setiap nilai amatan
terhadap nilai rata-ratanya (nilai tengah), ini dapat dicapai dengan memeriksa
simpangan dari nilai tengahnya.
2.
BANYAK KELAS
Sifat atau
ciri penting dari sejumlah besar data statistik dengan cepat dapat diketahui
melalui pengelompokan data tersebut kedalam beberapa selang kelas (kelas), dan
kemudian dihitung banyaknya pengamatan yang masuk dalam setiap kelas. Susunan
seperti ini biasanya disajikan dalam bentuk tabel yang biasanya disebut tabel
distribusi frekwensi.
Data
statistik yang disajikan dalam bentuk distribusi frekwensi biasanya dikatakan
sebagai data yang telah dikelompokan, dimana pengelompokan data yang diperoleh
dari sampel disusun dalam bentuk selang-selang agar diperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai populasi yang belum diketahui sifat atau cirinya. Namun
demikian cara seperti ini bagi seorang peneliti atau penyaji data kehilangan
identitas dari masing-masing pengamatan dalam sampel.
Untuk lebih
jelasnya penyajian data dalam bentuk distribusi frekwensi perhatikanlah tabel
yang ada dihalaman berikut ini:
Tabel. 1
Distribusi Frekwensi Nilai Ujian Statistika
Dasar
Nilai
Ujian
|
Banyaknya
Mahasiswa
Yang
Memperoleh Nilai Tertentu
|
10
- 14
|
3
|
15
- 19
|
4
|
20
- 24
|
6
|
25
- 29
|
12
|
30
- 34
|
21
|
35
- 39
|
8
|
40
- 44
|
4
|
45
- 49
|
2
|
Hal-hal yang
perlu diperhatikan pada tabel distribusi frekwensi adalah limit kelas dan batas kelas
untuk masing-masing selang kelas. Limit kelas dimaksud meliputi limit atas kelas dan limit bawah kelas. Limit atas kelas
nilainya sama dengan nilai terbesar dari selang kelas yang dimaksud sedangkan
limit bawah kelas nilainya sama dengan nilai terkecil dari selang kelas
dimaksud. Misalkan data pada tabel 1 diatas untuk selang kelas 15 - 19, nilai
limit bawah kelasnya adalh 15, sedangkan limit atas kelasnya adalah 19.
Sedangkan
batas kelas dimaksud meliputi batas atas
kelas dan batas bawah kelas.
Batas atas kelas nilainya sama dengan limit atas kelas ditambah dengan 0,5 bila
nilai dalam tabel distribusi frekwensi merupakan bilangan bulat, ditambah
dengan 0.05 satu desimal, 0,005 bila dua desimal dan seterusnya. Untuk batas
bawah kelasnya proses penentuan nilainya sama dengan batas atas kelas, hanya
perbedaannya untuk batas atas kelas menggunakan jumlah (+), sedangkan batas
bawah kelas menggunakan kurang (-).Jadi batas bawah kelas sama dengan limit
bawah kelas dikurangi dengan 0,5 untuk isi tabel distribusi frekwensi bilangan
bulat, 0,05 untuk satu desimal, 0,005 untuk dua desimal dst.
Dengan
menggunakan pengurangan dan penjumlahan seperti tersebut diatas berarti batas
atas selang kelas sebelumnya sama dengan batas bawah kelas berikutnya, ini
tidak berarti bawha ada data pengamatan yang dihitung dua kali.
Batas kelas selalu dinyatakan satu desimal
lebih banyak daripada data pengamatannya, hal kini dimaksudkan agar tidak ada
pengamatan yang persis jatuh pada batas kelas dimaksud, sehingga tidak ada
kemungkinan ada data pengamatan yang dihitung dua kali pada selang kelas yang
berbeda.Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel frekwseni berikut ini.
Tabel. 2
Distribusi Frekwensi Skor Ujian Statistika
Dasar
Skor
Ujian
|
Batas
Kelas
|
Titik
Tengah
|
Frekwensi
|
10
- 14
|
9.5
- 14.5
|
12
|
3
|
15
- 19
|
14.5
- 19.5
|
17
|
4
|
20
- 24
|
19.5
- 24.5
|
22
|
6
|
25
- 29
|
24.5
- 29.5
|
27
|
12
|
30
- 34
|
29.5
- 34.5
|
32
|
21
|
35
- 39
|
34.5
- 39.5
|
37
|
8
|
40
- 44
|
39.5
- 44.5
|
42
|
4
|
45
- 49
|
44.5
- 49.5
|
47
|
2
|
Penyajian
data seperti pada tabel 2 diatas lebih baik bila dibandingkan dengan penyajian
data yang ada pada tabel 1, perbedaannya adalah untuk penyajian data seperti
pada tabel 2 mengandung informasi yang nantinya sangat bermanfaat dalam
menghitung sifat atau ciri deskriptif yang lain dari data pengamatan.
Banyaknya pengamatan
yang masuk dalam suatu selang kelas tertentu dinamakan frekwensi kelas yang
biasanya dilambangkan dengan huruf f.
Untuk memudahkan pembuatan
tabel distribusi frekwensi bagi sekumpulan data yang besar ikutilah
langkah-langkah berikut ini;
1.
Tentukan banyaknya selang kelas
yang diperlukan (dalam prakteknya penyaji sendiri yang menentukan banyaknya
selang kelas).
2.
Tentukan wilayah dari data
pengamatan tersebut dengan cara data pengamatan terbesar dikurangi dengan data
pengamatan terkecil.
3.
Bagilah wilayah tersebut dengan
banyaknya selang kelas (poin nomor 2 dibagi dengan poin nomor 1 untuk menduga
lebar kelas.
4.
Tentukan limit bawah kelas bagi
selang yang pertama dan kemudian tentukan batas bawah kelasnya, tambahkan lebar
kelas pada batas bawah kelas untuk memperoleh batas atas kelasnya.
5.
Daftarkan semua limit kelas dan
batas kelas dengan cara menambahkan lebar kelas pada limit dan batas kelas pada
selang kelas sebelumnya.
6.
Tentukan nilai titik tengah kelas
bagi masing-masing selang kelas dengan cara merata-ratakan limit kelas atau
batas kelasnya.
7.
Tentukan frekwensi bagi
masing-masing kelas.
8.
Jumlahkan kolom frekwensi dan
periksa apakah hasilnya sama dengan banyaknya data pengamatan.
Variasi bagi
distribusi frekwensi dapat diperoleh dengan menentukan frekwensi relatif atau
persentase bagi masing-masing selang. Frekwensi relatif masing-masing kelas
diperoleh dengan cara membagi frekwensi kelas dengan frekwensi total. Tabel
yang memuat frekwensui relatif disebut distribusi frekwensi relatif. Bila
setiap frekwensi relatif digandakan dengan 100% maka kita memperoleh apa yang
disebut distribusi persentase.
Untuk lebih
jelasnya baik distribusi frekwensi relatif maupun distribusi persentase
perhatikanlah kedua tabel pada halaman berikut.
Tabel. 3
Distribusi Frekwensi Relatif Skor Ujian
Statistika Dasar
Skor
Ujian
|
Batas
Kelas
|
Titik
Tengah
|
Frekwensi
Relatif
|
10
- 14
|
9.5
- 14.5
|
12
|
0.05
|
15
- 19
|
14.5
- 19.5
|
17
|
0.07
|
20
- 24
|
19.5
- 24.5
|
22
|
0.10
|
25
- 29
|
24.5
- 29.5
|
27
|
0.20
|
30
- 34
|
29.5
- 34.5
|
32
|
0.35
|
35
- 39
|
34.5
- 39.5
|
37
|
0.13
|
40
- 44
|
39.5
- 44.5
|
42
|
0.07
|
45
- 49
|
44.5
- 49.5
|
47
|
0.03
|
Tabel.
4
Distribusi
Frekwensi Persentase Skor Ujian Statistika Dasar
Skor
Ujian
|
Batas
Kelas
|
Titik
Tengah
|
Frekwensi
Persentase
|
10
- 14
|
9.5
- 14.5
|
12
|
5
|
15
- 19
|
14.5
- 19.5
|
17
|
7
|
20
- 24
|
19.5
- 24.5
|
22
|
10
|
25
- 29
|
24.5
- 29.5
|
27
|
20
|
30
- 34
|
29.5
- 34.5
|
32
|
35
|
35
- 39
|
34.5
- 39.5
|
37
|
13
|
40
- 44
|
39.5
- 44.5
|
42
|
7
|
45
- 49
|
44.5
- 49.5
|
47
|
3
|
Dalam banyak
keadaan penyaji data lebih tertarik bukan pada bagian pengamatan dalam suatu
kelas tertentu, melainkan banyaknya pengamatan yang jatuh diatas atau dibawah
nilai tertentu. Frekwensi total dari semua nilai yang lebih kecil daripada
batas atas kelas suatu selang kelas tertentu disebut tabel frekwensi kumulatif.
Tabel berikut
ini memperlihatkan tabel distribusi kumulatif bagi nilai ujian statistika
dasar.
Tabel. 5
Distribusi Frekwensi
Kumulatif Nilai Ujian Statistika Dasar
Batas
Kelas
|
Frekwensi
Kumulatif
|
Kurang
Dari 9.5
|
0
|
Kurang
Dari 14.5
|
3
|
Kurang
Dari 19.5
|
7
|
Kurang
Dari 24.5
|
13
|
Kurang
Dari 29.5
|
25
|
Kurang
Dari 34.5
|
46
|
Kurang
Dari 39.5
|
54
|
Kurang
Dari 44.5
|
58
|
Kurang
Dari 49.5
|
60
|
3.
PERKIRAAN INTERVAL KELAS
Perkiraan interval kelas merupakan perkiraan berapa panjang interval tiap
satu kelasnya. Rumusnya:
I = R/K
I = interval kelas
R = Range
K = Banyak Kelas
4.
INTERVAL KELAS
Interval kelas adalah panjang atau banyaknya data yang berada pada tiap
kelasnya. Rumusnya:
I = interval kelas
K = Kelas
5.
TABEL TURUS
Tabel Turus adalah tabel yang nilainya disajikan dalam bentuk turus, yaitu
berupa garis-garis yang tiap garis berniai satu dan biasa ditulis pada kelipatan
lima garis tersebut ditulis miring.
Contoh:
Skor
Ujian
|
Batas
Kelas
|
Titik
Tengah
|
Frekwensi
Persentase
|
Tabel Turus
|
10
- 14
|
9.5
- 14.5
|
12
|
5
|
|
15
- 19
|
14.5
- 19.5
|
17
|
7
|
|
20
- 24
|
19.5
- 24.5
|
22
|
10
|
|
25
- 29
|
24.5
- 29.5
|
27
|
20
|
|
30
- 34
|
29.5
- 34.5
|
32
|
35
|
|
35
- 39
|
34.5
- 39.5
|
37
|
13
|
|
40
- 44
|
39.5
- 44.5
|
42
|
7
|
|
45
- 49
|
44.5
- 49.5
|
47
|
3
|
6.
PENGURUTAN DATA
Pengurutan data adalah suatu proses mengurutkan data dilihat dari nilainya.
Disini kita mengrutkan secara ascending yaitu data diurutkan dari nilai
terkecil hingga nilai terbesar. Contoh: 4,56,65,74,89,90.
7.
MEAN (Rata-rata)
Data
kuantitatif yang dinyatakan denagn X1, X2, . . Xn, artinya data diatas berukuran
sebanyak n. Untuk menghitung nilai
rata-rata (nilai tengah) dari gugus data diatas yang berukuran n (banyaknya
data sama dengan n) adalah jumlah semua nilai pengamatan dibagi dengan ukuran
data (banyaknya data).
Jika data
pengamatan dilambangkan dengan Xi i = 1, 2, 3, . . . . n, sedangkan ukuran
(banyaknya) data pengamatan sama dengan n, dan nilai rata-rata dilambangkan
denagn , maka nilai rata-rata dari segugus
data pengamatan dihitung dengan menggunakan rumus:.
Untuk data yang sudah dikelompokkan
Jika data
pengamatan telah disajikan dalam bentuk tabel frekwensi maka proses untuk
menghitung nilai rata-rata (nilai tengah) menggunakan rumus:
Contoh;
1. Dari 10
orang mahasiswa mengikuti ujian statistika dasar nilai yang mereka peroleh
adalah sebagai berikut: 65 50 70 75 45 65 75 81 61, rata-rata dari nilai
tersebut adalah:
2. Dari 16
orang mahasiswa mengikuti ujian statistiak matematika diperoleh nilai sebagai
berikut; 5 orang nilai 70, 6 orang nilai 69, 3 orang nilai 45, 1 orang nilai
80, dan 1 orang lagi nilai 56. Rata-rata yang dicapai ke-16 orang mahasiswa
tersebut adalah:
8.
MEDIAN
Median dari
segugus data merupakan nilai tengah dari data tersebut setelah diurutkan baik
dari data yang kecil ke data yang terbesar atau sebaliknya. Dengan demikian
median dari segugus data membagi data tersebut menjadi dua bagian yang sama
banyaknya.
Untuk data yang sudah dikelompokkan
Bi = Batas bawah kelas median
Cfm = Frekuensi komulaif sebelum kelas
median
I = interval kelas yang sudah
dikelompokkan
Contoh;
Tentukanlah
median dari gugus data berikut ini:
7 6 8 9 4 3 8
9 10 12 6, sebelum kita memberikan jawaban berapa median dari gugus data
tersebut, maka terlebih datanya diurutkan menjadi;
3 4 6 6 7 8 8
9 9 10 12, karena banyaknya data diatas ganjal berarti mediannya langsung
diambil nilai yang persis ditengah, dengan cara;
Me = 11/2 =
5,5 dibulatkan sama dengan 6. Jadi yang merupakan median dari data diatas
adalah data pada pengamatan yang ke-6, yaitu 8.
Jika hasil
pembagian dengan 2 menghasilkan bilangan bulat kataknlah hasil pembagian
tersebut sama dengan k, maka mediannya (Me) sama dengan
Contoh;
Tentukanlah
median dari data berikut ini; 7 6 8 9 4 3 8 9 10 12, setelah datanya diurutkan
diperoleh gugus data berikut; 3 4 6 6 7 8 8 9 9 10
banyaknya
data 10, jadi mediannya (Me) = 10/2 = 5, k = 5 dan k + 1 = 6,
jadi median
(Me) dari data diatas =
Median (Me) =
9.
MODUS
Modus dari
segugus data merupakan nilai yang munculnya paling banyak (sering) atau nilai
yang mempunyai frekwensi pengamatan tertinggi.
Modus dari
segugus data tidak selamanya ada, demikian juga dari segugus data bisa saja
lebih dari satu. Hal ini terjadi bila semua amatan munculnya hanya sekali saja
untuk setiap amatan berarti data tersebut tidak mempunyai nilai modus, tetapi
data yang muncul mempunyai frekwensi sama lebih dari satu pengamatan berarti
modusnya juga lebih satu.
Contoh;
1.
Tentukanlah modus dari gugus data berikut ini; 4 6 8 7 8 9 8 6 5 9 8 7 4
Karena yang
mempunyai frekwensi terbanyak muncul adalah 8 maka modus dari data diatas sama
dengan 8.
2.
Tentukanlah modus dari gugus data berikut ini; 4 6 8 7 8 9 8 6 5 9 9 7 4
Karena yang
mempunyai frekwensi terbanyak muncul adalah 8 dan 9 maka modus dari data diatas
sama dengan 8 dan 9.
3.
10. MAD (MEDIAN ABSOLUTE DEVIATION)
= mean
yang belum dikelompokkan
Xi = nilai data
N = Jumlah data
Untuk data yang sudah dkelompokkan
= mean
yang sudah dikelompokkan
Xi = nilai data
N = Jumlah data
11. STANDAR DEVIASI
= mean
yang belum dikelompokkan
Xi = nilai data
N = Jumlah data
Untuk data yang sudah
dikelompokkan
= mean
yang sudah dikelompokkan
Xi = nilai data
N = Jumlah data
12. QUARTIL
13. DESIL
14. PRESENTIL
Contoh:
1.
Data yang belum dikelompokkan
2.
Data yang sudah dikelompokkan
15. RATA-RATA GEOMETRIS
Contoh:
16. RATA-RATA HARMONIS
Contoh:
BAB III
KESIMPULAN
Setelah kita memahami beberapa rumus-rumus yang telah dibahas sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak rumus-rumus yang ditemukan oleh
beberapa ahli statistika. Rumus-rumus tersebut kemudian digunakan dalam ilmu
statistika hingga sekarang. Rumus-rumus tersenut sangat membantu dalam
penyajian data menjadi suatu informasi yang berharga. Dan informasi tersebut
bisa disajikan kedalam berbagai bentuk penyajian seperti: tabel, diagram
batang, diagram lingkaran dan lain sebagainya.
DOWNLOAD VERSI PDF
DOWNLOAD VERSI PDF
thx icha rumusnya sngt bermanfaat sx :D
BalasHapus